HUBUNGAN
TEKNIK SIPIL DAN SOSIAL
Berbicara mengenai hubungan teknik sipil dan sosial tentu tidak terlepas
dengan yang namanya AMDAL atau Analisis Dampak Lingkungan, yang mengacu
pada SOP suatu pekerjaan konstruksi. Dalam pekerjaan
konstruksi perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya perubahan kualitas
lingkungan akibat masuknya bahan pencemar yang ditimbulkan oleh rencana
kegiatan, yang pada umumnya terjadi pada komponen fisik kimia, namun bila tidak
ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan lain seperti biologi dan
aspek sosial.
Komponen pekerjaan
konstruksi dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, sangat
dipengaruhi oleh jenis besaran dan volume pekerjaan tersebut serta kondisi
lingkungan yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
Pada umumnya komponen
pekerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan dampak antara lain :
1.
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
a)
Mobilitas peralatan berat,
terutama untuk jenis kegiatan konstruksi yang memerlukan banyak alat-alat
berat, dan terletak atau melintas areal permukiman, serta kondisi prasarana
jalan yang kurang memadai. Hal ini
mengakibatkan aktivitas masyarakat terganggu khususnya pengguna jalan raya.
b)
Pembuatan dan pengoperasian
bengkel, base-camp dan barak kerja yang besar dan terletak di areal pemukiman, yang bisa menganggu kenyamanan warga sekitar.
c)
Pembukaan dan pembersihan lahan
untuk lokasi kegiatan yang cukup luas dan dekat areal pemukiman. Seperti reklamasi pulau di DKI Jakarta yang
bisa mengancam sumber mata pencaharian nelayan di sekitar wilayah tersebut.
2.
Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi
a)
Pengelolaan quarry oleh proyek
yang mencakup pekerjaan peledakan/penggalian di daratan atau penggalian di badan
sungai
b)
Pembangunan dan pengoperasian base
camp, crushing plant, AMP dan Batching Plant.
c)
Pekerjaan tanah, mencakup
penggalian dan penimbunan tanah.
d)
Pembuatan pondasi, terutama
pondasi tiang pancang.
e)
Pekerjaan struktur bangunan,
berupa beton, baja dan kayu.
f)
Pekerjaan jalan dan pekerjaan
jembatan.
g)
Pekerjaan pengairan seperti
saluran dan tanggul irigasi/banjir, sudetan sungai, serta bendungan.
Pada suatu pekerjaan
konstruksi perlu dipertimbangkan adanya dampak-dampak yang timbul akibat
pekerjaan tersebut serta upaya untuk menanganinya. Disesuaikan dengan jenis
dan besaran pekerjaan konstruksi serta kondisi lingkungan di sekitar lokasi
kegiatan, penentuan jenis dampak lingkungan yang cermat dan teliti, atau
melakukan analisis secara sederhana dengan memakai data sekunder.
Berdasarkan
pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan yang dapat timbul pada
pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan cara penanganannya adalah sebagai
berikut :
1.
Meningkatnya Pencemaran Udara dan
Debu
Dampak
ini timbul karena pengoperasian alat-alat berat untuk pekerjaan konstruksi
seperti saat pembersihan dan pematangan lahan pekerjaan tanah, pengangkutan
tanah dan material bangunan, pekerjaan pondasi khususnya tiang pancang,
pekerjaan badan jalan dan perkerasan jalan, serta pekerjaan struktur bangunan.
Indikator
dampak yang timbul dapat mengacu pada ketentuan baku mutu udara atau adanya
tanggapan dan keluhan masyarakat akan timbulnya dampak tersebut.
Upaya
penanganan dampak dapat dilakukan langsung pada sumber dampak itu sendiri atau
pengelolaan terhadap lingkungan yang terkena dampak seperti :
a)
Pengaturan kegiatan pelaksanaan
konstruksi yang sesuai dengan kondisi setempat, seperti penempatan base-camp
yang jauh dari lokasi pemukiman, pengangkutan material dan pelaksanaan pekerjaan
pada siang hari.
b)
Memakai metode konstruksi yang
sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti memakai pondasi bore pile untuk
lokasi disekitar permukiman.
c)
Penyiraman secara berkala untuk
pekerjaan tanah yang banyak menimbulkan debu.
2.
Terjadinya erosi dan longsoran
tanah serta genangan air
Dampak
ini dapat timbul akibat kegiatan pembersihan dan pematangan lahan serta
pekerjaan tanah termasuk pengelolaan quary, yang menyebabkan permukaan lapisan
atas tanah terbuka dan rawan erosi, serta timbulnya longsoran tanah yang dapat
mengganggu sistem drainase yang ada, serta mengganggu estetika lingkungan
disekitar lokasi kegiatan.
Indikator
dampak dapat secara visual di lapangan, dan penanganannya dapat dilakukan
antara lain :
a)
Pengaturan pelaksanaan pekerjaan
yang memadai sehingga tidak merusak atau menyumbat saluran-saluran yang ada.
b)
Perkuat tebing yang timbul akibat
perkerjaan konstruksi.
c)
Pembuatan saluran drainase dengan
dimensi yang memadai.
3.
Pencemaran kualitas air
Dampak
ini timbul akibat pekerjaan tanah dapat yang menyebabkan erosi tanah atau
pekerjaan konstruksi lainnya yang membuang atau mengalirkan limbah ke badan air
sehingga kadar pencemaran di air tesebut meningkat.
Indikator
dampak dapat dilihat dari warna dan bau air di bagian hilir kegiatan serta hasil
analisis kegiatan air/mutu air serta adanya keluhan masyarakat.
Upaya penanganan
dampak ini dapat dilakukan antara lain :
a)
Pembuatan kolam pengendap
sementara, sebelum air dari lokasi kegiatan dialirkan ke badan air.
b)
Metode pelaksanaan konstruksi yang
memadai.
c)
Mengelola limbah yang baik dari
kegiatan base camp dan bengkel.
4.
Kerusakan prasarana jalan dan
fasilitas umum
Dampak
ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan yang
melalui jalan umum, serta pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan
tanah yang berada disekitar prasarana dan utilitas umum tersebut.
Indikator
dampak dapat dilihat dari kerusakan prasarana jalan dan utilitas umum yang
dapat mengganggu berfungsinya utilitas umum tersebut, serta keluhan masyarakat
disekitar lokasi kegiatan.
Upaya penanganan
dampak yang timbul tersebut antara lain dengan cara :
a)
Memperbaiki dengan segera
prasarana jalan dan utilitas umum yang rusak.
b)
Memindahkan labih dahulu utilitas
umum yang terdapat dilokasi kegiatan ketempat yang aman.
5.
Gangguan Lalu Lintas
Dampak
ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah dan material bangunan serta
pelaksanaan pekerjaan yang terletak disekitar/berada di tepi prasarana jalan
umum, yang lalu lintasnya tidak boleh terhenti oleh pekerjaan konstruksi.
Indikator
dampak dapat dilihat dari adanya kemacetan lalulintas di sekitar lokasi
kegiatan dan tanggapan negatif dari masyarakat disekitarnya.
Upaya
penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
a)
Pengaturan pelaksanaan pekerjaan
yang baik dengan memberi prioritas pada kelancaran arus lalulintas.
b)
Pengaturan waktu pengangkutan
tanah dan material bangunan pada saat tidak jam sibuk.
c)
Pembuatan rambu lalulintas dan
pengaturan lalulintas di sekitar lokasi kegiatan.
d)
Menggunakan metode konstruksi yang
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
6.
Berkurangnya keaneka-ragaman flora
dan fauna
Dampak
ini timbul akibat pekerjaan pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan
tanah terutama pada lokasi-lokasi yang mempunyai kondisi biologi yang masih
alami, seperti hutan.
Indikator
dampal dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditebang, khususnya
jenis-jenis tanaman langka dan dilindungi serta adanya reaksi masyarakat.
Upaya penanganan
dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
a)
Pengaturan pelaksanaan pekerjaan
yang memadai.
b)
Penanaman kembali jenis-jenis
pohon yang ditebang di sekitar lokasi kegiatan.
Selain
dampak primer tersebut diatas masih dampak-dampak sekunder akibat pekerjaan
konstruksi yang perlu mendapat perhatian bagi pelaksana konstruksi, seperti :
1)
Terjadinya interaksi sosial
(positif/negatif) antara penduduk setempat dengan para pekerja pendatang dari
luar daerah.
2)
Dapat meningkatkan peluang kerja
dan kesempatan berusaha pada masyarakat setempat, serta meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar