Senin, 10 Juni 2019

Selasa, 21 Mei 2019

RPS PERTEMUAN XI

PENGOLAHAN DATA LALU LINTAS

Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian.

Mengadakan manipulasi terhadap data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena. Beberapa tingkatan kegiatan perlu dilakukan, antara lain memeriksa data mentah, sekali lagi, membuatnya dalam bentuk tabel yang berguna, baik secara manual ataupun dengan menggunakan komputer.

Setelah data disusun dalam kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisa, perlu pula dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut.

Berdasarkan pengolahan data tersebut, perlu dianalisis dan dilakukan penarikan kesimpulan hasil penelitian.
Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan data-data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Misalnya dalam rancangan penelitian kuantitatif, maka angka-angka yang diperoleh melalui alat pengumpul data tersebut harus diolah secara kuantitatif, baik melalui pengolahan statistik inferensial maupun statistik deskriptif. Lain halnya dalam rancangan penelitian kualitatif, maka pengolahan data menggunakan teknik non statitistik, mengingat data-data lapangan diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata, bukan angka-angka. Mengingat data lapangan disajikan dalam bentuk narasi kata-kata, maka pengolahan datanya tidak bisa dikuantifikasikan. Perbedaan ini harus dipahami oleh peneliti atau siapapun yang melakukan penelitian, sehingga penyajian data dan analisis kesimpulan penelitian relevan dengan sifat atau jenis data dan prosedur pengolahan data yang akan digunakan.

Di atas dikatakan bahwa pengolahan data diartikan sebagai proses mengartikan data lapangan, yang berarti supaya data lapangan yang diperoleh melalui alat pengumpul data dapat dimaknai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga proses penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan. Dengan demikian, pengolahan data tersebut dalam kaitannya dengan praktek pendidikan adalah sebagai upaya untuk memaknai data atau fakta menjadi makna.

Makna penelitian yang diperoleh dalam pengolahan data, tidak sampai menjawab pada analisis “kemengapaan” tentang makna-makna yang diperoleh. Misalnya dalam rancanganpenelitian kuantitatif, maka angka-angka yang diperoleh melalui alat pengumpul data tersebut harus diolah secara kuantitatif, baik melalui pengolahan statistik inferensial maupun statistik deskriptif.

Jenis Data
Data menurut jenisnya ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif sebagai berikut:

a. Data kualitatif
Data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Contonya wanita itu cantik, pria itu tampan, baik, buruk, rumah itu besar dan sebagainya. Data ini biasanya didapat dari wawancara yang bersifat subyektif sebab data tersebut ditapsirkan lain oleh orang yang berbeda. Data kualitatif dapat diangkakan dalam bentuk ordinal atau rangking.

b. Data kuantitatif
Data yang berwujud angka-angka. Contohnya ; yang diterima menjadi PNS 150 orang, penghasilan klinik bersalin 1 milyar/ bulan. Data ini diperoleh dari pengukuran langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan oleh semua orang

Tahap Pengolahan Data
Dalam tahap pengolahan data ini, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu:

1. Penyuntingan (editing)
Kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
– Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan
– Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan
– Keajegan (consistency) jawaban responden
Dalam menyunting, penyunting harus diberitahu agar tidak mengganti atau menafsirkan jawaban responden. Jadi kebenaran jawaban dapat terjaga

2. Pengkodean (coding)
– Pengkodean dapat dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang berupa angka pada jawaban responden yang diterima.
– Tujuan pengkodean adalah untuk penyederhanaan jawaban responden
– Harus diperhatikan pemberian pada jenis pertanyaan yang diajukan (pertanyaan terbuka atau pertanyaan tetutup)
– Untuk pertanyaan tetutup, kode ditentukan dengan mudah, misalnya: 1 untuk jawaban ya/setuju dan kode 0 untuk tidak/tidak setuju; atau ditambah kode 99 untuk jawaban yang kosong (responden tidak meberi jawaban).
– Untuk pertanyaan terbuka dilakukan dengan tahapan tertentu
1. jawaban responden diperiksa untuk dibuat kategori jawaban tertentu.
2. Apabila ternyata jawaban perlu dikategorikan, dibuat kategori yang sesuai
3. Setelah itu tiap kategori diberi kode
Seluruh kode yang ditentukan untuk tiap jawaban, disusun dalam buku kode. Buku kode ini selain diperlukan dalam pengkodean juga digunakan sebagai pedoman untuk analisis data dan penulisan laporan

3. Tabulasi (tabulating)
– Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung data hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel
– Tabel dapat berupa tabel frekuensi, tabel korelasi, atau tabel silang.
– Pada dasarnya ada 2 cara pelaksanaan tabulasi, yaitu:
1. Tabulasi manual. Semua kegiatan dari perhitungan sampai penyajian tabel dilakukan dengan tangan.
2. Tabulasi mekanis. Pelaksanaan dengan cara ini dibantu dengan peralatan tertentu, yaitu: komputer. Semua kegiatan dilakukan dengan bantuan alat yang telah dipilih.

Sumber:

http://diachs-an-nur.blogspot.co.id/2012/05/teknik-pengolahan-data.html

http://umardanny.com/teknik-pengolahan-data-materi-metodologi-penelitian-ppt/

http://dzakitajudin.blogspot.co.id/2017/05/tugas-3-pengantar-komputasi-modern.html


Senin, 13 Mei 2019

RPS PERTEMUAN X

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengumpulan Langsung

Alat pencacahan otomatis umumnya terdiri dari :
1)      Detector yang mendeteksi kendaraan yang melintasinya.
2)      Alat pencatatan mekanis atau elektronik, yang mencatat/mendeteksi setiap kendaraan yang melewati detector.
3)      Video kamera, yang diperlengkapi dengan alat pendeteksi kendaraan secara visual.
Berbagai sistem pencacah otomatis tersedia dan sistem yang baru tentu dikembangkan. Banyak sistem yang dapat langsung dihubungkan dengan komputer untuk kemudahan dan kecepatan pemrosesan data selanjutnya.

a.      Selang udara ( pheumatic tube )
Sistem selang udara khususnya digunakan untuk pencacahan yang relatif singkat. Sistem ini terdiri dari satu selang karet yang diletakan secara melintang pada jalur jalan dan diikatkan pada permukaan jalan dengan menggunakan klip pengikat khusus. Satu ujung selang ditutup, kecuali untuk satu lubang angin yang kecil, sedang ujung lainnya dihubungkan ke alat pencatat yang digerakan dengan tekanan udara. Setiap kali kendaraan melewati selang, masing-masing sumbu roda kendaraan akan menyebabkan satu pulsa udara yang mengarah kealat pencatat.

b.      Pekat elektrik
Pelat elektrik merupakan alat yang terdiri dari pelat baja yang ditanamkan dibawah permukaan jalan. Setiap sumbu kendaraan yang melewati pelat ini akan menimbulkan aliran listrik dan mengaktifkan alat pencatat.

c.       Induksi putar ( induction loop )
Induksi putar adalah kawat listrik yang diletakan dibawah permukaan jalan. apabila arus litrik dialirkan pada kawat tersebut, maka akan terbentuk medan magnit. Medan magnit ini akan terganggu bila logam seperti kendaraan melintasinya, dan gangguan tersebut dicatat.

d.      Radar
Detektor radar yang digantungkan diatas jalan yang secara menerus mengirimkan dan menerima signal radio pada frekwensi tertentu, yang digunakan untuk menghitung volume kendaraan pada jalan yang sangat sibuk dan memiliki banyak jembatan.

e.      Detektor ultrasonik
Ada dua jenis detektor ultrasonik, yaitu pulsa dan resonansi. Jenis pulsa dioperasikan dengan memakai gelombang suara, dan gelombang tersebut dipantulkan kembali oleh permukaan jalan. Kendaraan yang melewati dibawah. unit ini akan memantulkan gelombang yang lebih pendek, yang mana kemudian dicatat.
Jenis detektor resonansi memerlukan alat pencar di satu sisi dan jalan dan alat penerima disisi lainnya. Kendaraan yang lewat akan memutuskan alur (beam) energi ultrasonik, dan ini dicatat sebagai satu kendaraan.

f.        Video Image Processor
Video image processor merupakan perangkat kamera video yang merekam arus lalulintas dan dilengkapi dengan alat yang dapat merekam perubahan gambar yang teijadi didalam gambar video sehingga dapat dihitung besarnya arus lalu-lintas.

Survei Volume Pergerakan Membelok

Pengamat berdiri ditepi jalan pada masing-masing kaki persimpangan dengan pandangan kearah persimpangan, dan menghitung kendaraan yang bergerak sesuai dengan arah pergerakannya. Jika memungkinkan, pengamatan dan gedung tinggi yang berdekatan atau dapat digunakan kaniera video dan tempat yang memadai dan menganalisisnya dilaboratorium/kantor.

Volume terklasifikasi juga dapat dilakukan dalam survei ini, tapi biasanya tidak sedetail pada pencacahan terkiasifikasi pada ruas jalan. Pencacahan harus dilakukan untuk menentukan arus lalu-lintas per jam pada jam sibuk dan biasanya dilakukan dalam interval 5 menit sampai 15 menit. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan contoh formulir pencacahan pergerakan membelok.

Teknik Pengumpulan Tak Langsung

1.1   Dua Pengamat

Dilokasi yang akan diteliti ditetapkan suatu jarak dasar tertentu, biasanya antara 20 meter sampai 100 meter, pada setiap titik disalipkan 1 orang pengamat. Pengamat pertama menurunkan tangannya begitu sebuah kendaraan yang diukur kecepatannya melewatinya dan pengamat ke 2 menjalankan stop watch. Pengamat ke 2 mematikan stop watch ketika kendaraan tersebut melewatinya dan kemudian mencatat waktu tempuh kendaraan yang diamati.

1.2  Teknik Enoscope

Metode ini sama seperti metode dua pengamat, kecuali bahwa alat enoscope digunakan sebagai pengganti salah satu pengamat. Apabila digunakan satu buah enoscope maka pengamat berdiri pada ujung yang lain. Apabila digunakan dua enoscope pengamat berdiri ditengah-tengah. Pada waktu kendaraan melewati enoscope tersebut, maka pantulan kilatan cahaya akan terlihat pada cermin. pada saat itu pengamat mulai menekan tombol stop watch, kemudian waktu kendaraan melewati ujung lainnya, dimanajarak kedua enoscope tersebut telah ditentukan, maka pengamat menghentikan stop watch dan mencatat waktu yang digunakan kendaraan untuk menempuh jarak tersebut.

Senin, 06 Mei 2019

RPS PERTEMUAN IX


METODE – METODE DARI BERBAGAI SURVEI LALU LINTAS

A.     SURVEI INVENTARISASI JALAN
Jenis informasi yang dikumpulkan tergantung pada tujuan penggunaannya. Bina Marga tertarik dengan masalah penanganan konstruksi jalan seperti: data mengenai jenis konstruksi jalan, fasilitas drainase dan kondisi struktur.
Dinas LLAJ tertarik pada aspek operasional arus lalu - lintas dan pengendaliannya, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan, kapasitas jalan dan persimpangan, serta keselamatan lalu-lintas.

1.      Metode Inventarisasi Jalan Antar Kota
Dilakukan dengan penekanan pada alinemen jalan, kondisi fisik, kualitas permukaan dalam kaitannya dengan kenyamanan berkendaraan. Informasi yang dikumpulkan dalam survei inventarisasi jalan meliputi:
a.      Panjang, lebar ruas jalan,
b.      Jenis konstruksi,
c.       Alinemen horizontal, alinement vertikal
d.      Jarak pandangan,
e.      Fasilitas pejalan kaki, bahu jalan dan drainase,
f.        Kondisi permukaan jalan, koefisien gesekan jalan,
g.      Lebar jalan, jumlah jalur,lebar median, lebar bahu yang diperkeras, daerah milik jalan/damija/ROW
h.      Lokasi dan jenis persimpangan serta semua akses lainnya,
i.        Lokasi, jenis dan ukuran dan rambu jalan, marka jalan dan lampu penerangan.

2.      Metode Inventarisasi Jalan Kota
Rincian data inventansasi prasarana jalan untuk jalan kota meliputi:
a.      Desain geometrik.
b.      Pengendalian lalu lintas
Informasi mengenai perangkat pengendalian lalu-lintas yang perlu diinventarisasikan meliputi:
1)      Rambu lalu-lintas dan marka jalan yang meliputi lokasi, jenis dan ukuran,
2)      Lampu lalu-lintas dan lampu penerangan
3)      Persimpangan, jari-jari belokan, lokasi dan jenis pengendalian
4)      Parkir dan akses ke dan dan jalan, parkir di jalan dan diluar jalan, dan cara pengendaliannya.

B.      SURVEI VOLUME LALU-LINTAS TERKUALIFIKASI
1.      Metode Survei Manual
a.      Volume lalu-lintas
Surveyor menempati suatu titik tertentu di tepi jalan sehingga mendapatkan pandangan yang jelas sedapat mungkin petugas terhindar dan panas,hujan. Petugas mencatat setiap kendaraan yang melewati titik yang telah ditentukan pada formulir lapangan atau dengan hand tally (suatu alat kecil yang dapat menjumlah secara kumulatif) dan memindahkannya pada formulir lapangan.
Pencatatan data umumnya dilakukan secara terpisah untuk masing-masing arah lalulintas, waktu pengamatan biasanya antara 5 menit (untuk jalan yang sangat sibut) hingga 1 jam (untuk jalan luar kota).
Survei yang lebih rumit adalah metode kendaraan pengamat bergerak ( moving car observer), metode ini digunakan apabila data volume dan kecepatan secara sekaligus ingin diperoleh.

b.      Volume lalu-lintas terklasifikasi
Cara melakukan pencacahan volume lalu-lintas secara manual serupa dengan pencacahan volume lalu-lintas, namun diperlukan formulir yang berbeda. Jangka waktu tergantung maksud dan kondisi lalu lintas yang akan dipecahkan. Jika masalah kemacetan pada saat jam sibuk, maka pencacahan volume lalu-lintas dengan interval 5 menit, selain diperlukan data volume selama sehari.
Dalam memperoleh data arus lalu-lintas sehari, maka survei dilakukan selama 24 jam, akan tetapi waktu terbesar adalah antara jam 06.00 pagi sampai jam 18.00 malam (12 jam). Volume selama 12 jam ini biasanya sebesar 85% dan total volume sehari penuh pada area perkotaan dan 80% pada rute antar kota.

2.      Metode Pencacahan Otomatis
Alat pencacahan otomatis umumnya terdiri dari :
1)      Detector yang mendeteksi kendaraan yang melintasinya.
2)      Alat pencatatan mekanis atau elektronik, yang mencatat/mendeteksi setiap kendaraan yang melewati detector.
3)      Video kamera, yang diperlengkapi dengan alat pendeteksi kendaraan secara visual.
Berbagai sistem pencacah otomatis tersedia dan sistem yang baru tentu dikembangkan. Banyak sistem yang dapat langsung dihubungkan dengan komputer untuk kemudahan dan kecepatan pemrosesan data selanjutnya.

a.      Selang udara ( pheumatic tube )
Sistem selang udara khususnya digunakan untuk pencacahan yang relatif singkat. Sistem ini terdiri dari satu selang karet yang diletakan secara melintang pada jalur jalan dan diikatkan pada permukaan jalan dengan menggunakan klip pengikat khusus. Satu ujung selang ditutup, kecuali untuk satu lubang angin yang kecil, sedang ujung lainnya dihubungkan ke alat pencatat yang digerakan dengan tekanan udara. Setiap kali kendaraan melewati selang, masing-masing sumbu roda kendaraan akan menyebabkan satu pulsa udara yang mengarah kealat pencatat.

b.      Pekat elektrik
Pelat elektrik merupakan alat yang terdiri dari pelat baja yang ditanamkan dibawah permukaan jalan. Setiap sumbu kendaraan yang melewati pelat ini akan menimbulkan aliran listrik dan mengaktifkan alat pencatat.

c.       Induksi putar ( induction loop )
Induksi putar adalah kawat listrik yang diletakan dibawah permukaan jalan. apabila arus litrik dialirkan pada kawat tersebut, maka akan terbentuk medan magnit. Medan magnit ini akan terganggu bila logam seperti kendaraan melintasinya, dan gangguan tersebut dicatat.

d.      Radar
Detektor radar yang digantungkan diatas jalan yang secara menerus mengirimkan dan menerima signal radio pada frekwensi tertentu, yang digunakan untuk menghitung volume kendaraan pada jalan yang sangat sibuk dan memiliki banyak jembatan.

e.      Detektor ultrasonik
Ada dua jenis detektor ultrasonik, yaitu pulsa dan resonansi. Jenis pulsa dioperasikan dengan memakai gelombang suara, dan gelombang tersebut dipantulkan kembali oleh permukaan jalan. Kendaraan yang melewati dibawah. unit ini akan memantulkan gelombang yang lebih pendek, yang mana kemudian dicatat.
Jenis detektor resonansi memerlukan alat pencar di satu sisi dan jalan dan alat penerima disisi lainnya. Kendaraan yang lewat akan memutuskan alur (beam) energi ultrasonik, dan ini dicatat sebagai satu kendaraan.

f.        Video Image Processor
Video image processor merupakan perangkat kamera video yang merekam arus lalulintas dan dilengkapi dengan alat yang dapat merekam perubahan gambar yang teijadi didalam gambar video sehingga dapat dihitung besarnya arus lalu-lintas.

C.      SURVEI VOLUME PERGERAKAN MEMBELOK
Pencacahan pergerakan membelok digunakan untuk:
1)      Desain geometrik persimpangan.
2)      Analisis pengendalian dan kapasitas persimpangan dengan perhatian khusus terhadap arus belok kanan.
3)      Studi kelambatan
4)      Statistik kecelakaan
5)      Perhitungan arus jenuh.

Metode Survei Volume Pergerakan Membelok
Pengamat berdiri ditepi jalan pada masing-masing kaki persimpangan dengan pandangan kearah persimpangan, dan menghitung kendaraan yang bergerak sesuai dengan arah pergerakannya. Jika memungkinkan, pengamatan dan gedung tinggi yang berdekatan atau dapat digunakan kaniera video dan tempat yang memadai dan menganalisisnya dilaboratorium/kantor.
Volume terklasifikasi juga dapat dilakukan dalam survei ini, tapi biasanya tidak sedetail pada pencacahan terkiasifikasi pada ruas jalan. Pencacahan harus dilakukan untuk menentukan arus lalu-lintas per jam pada jam sibuk dan biasanya dilakukan dalam interval 5 menit sampai 15 menit. Pada gambar dibawah ini diperlihatkan contoh formulir pencacahan pergerakan membelok.


D.     SURVEI KECEPATAN
Manfaat dan kegunaan data survai kecepatan lalu-lintas yang terpenting adalah :
a)      Penentuan kebutuhan alat pengendali lalu-lintas dengan rambu lalu-lintas, marka dan lampu isyarat lau-lintas.
b)      Evaluasi efektivitas dan perbaikan lalu-lintas (studi sebelum dan sesudah),
c)       Merumuskan standar untuk keperluan desain dan rancang bangun jalan barn atau peningkatan jalan.
d)      Analisis ekonomi, terutama terhadap dampak kecepatan terhadap peningkatan / penurunan manfaat ekonomi.
e)      Analisis data kecelakaan (kecepatan-kecelakaan, kecepatan-karakteristik geometrik)

1.      Metode Tak Langsung
1.1  Metode Dua Pengamat
Dilokasi yang akan diteliti ditetapkan suatu jarak dasar tertentu, biasanya antara 20 meter sampai 100 meter, pada setiap titik disalipkan 1 orang pengamat. Pengamat pertama menurunkan tangannya begitu sebuah kendaraan yang diukur kecepatannya melewatinya dan pengamat ke 2 menjalankan stop watch. Pengamat ke 2 mematikan stop watch ketika kendaraan tersebut melewatinya dan kemudian mencatat waktu tempuh kendaraan yang diamati.

1.2  Metode Enoscope
Metode ini sama seperti metode dua pengamat, kecuali bahwa alat enoscope digunakan sebagai pengganti salah satu pengamat. Apabila digunakan satu buah enoscope maka pengamat berdiri pada ujung yang lain. Apabila digunakan dua enoscope pengamat berdiri ditengah-tengah. Pada waktu kendaraan melewati enoscope tersebut, maka pantulan kilatan cahaya akan terlihat pada cermin. pada saat itu pengamat mulai menekan tombol stop watch, kemudian waktu kendaraan melewati ujung lainnya, dimanajarak kedua enoscope tersebut telah ditentukan, maka pengamat menghentikan stop watch dan mencatat waktu yang digunakan kendaraan untuk menempuh jarak tersebut.

1.3  Metode Speed Meter
Dengan alat speed meter penggunaan tenaga manusia digantikan dengan mesin. Sebagai contoh, alat Venner meter, menggunakan dua selang karet, dimana alat ini secara elektronik akan mengukur waktu antara dua pulsa udara yang ditimbulkan oleh satu as roda kendaraan yang melintasi kedua pipa karet tersebut berurutan.

1.4  Metode Time Lapse Photography
Adalah suatu cara pengukuran kecepatan dengan menggunakan peralatan photography. Peralatan yang digunakan adalah kamera film yang merekam gerakan kendaraan denga selang waktu tertentu sedemikian sehingga gerakan kendaraan dapat dipantau dengan mengikuti gerakan atau dengan menggunakan rekaman video yang dilengkapi dengan rekaman waktu. Video film dapat berputar terus, atau sebagai alternatifnya foto dapat diambil pada interval waktu yang regular.

2.      Metode Langsung
2.1  Radar Meter
Radar meter menggunakan gelombang radio, gelombang ultrasonik atau gelombang infra merah yang dipancarkan dan alat tersebut kearah kendaraan yang akan diukur kecepatannya yang kemudian dipantulkan kembali oleh kendaraan, dan dan selisih waktu gelombang tersebut dipantulkan secara berurutan dapat diukur kecepatan kendaraan oleh microprocessor pada peralatan tersebut.


SUMBER MATERI :

Minggu, 28 April 2019

RPS PERTEMUAN VIII


TRAFFIC SIGNAL

Traffic Signal adalah sistem pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan dengan menggunakan sinyal lampu yang bertujuan untuk menjaga keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk yang jelas/ terarah dan tidak menimbulkan keraguan. Pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan berikut :
a)     Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas jam puncak.
b)    Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
c)    Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan – kendaraan dari arah yang berlawanan.

Dengan menerapkan metoda-metoda yang ada mungkin kita bisa memperkirakan pengaruh penggunaan sinyal lalu lintas terhadap kapasitas dan perilaku lalu lintas jika dibandingkan dengan pengaturan tanpa sinyal lalu lintas. Perhitungan dilakukan persatuan jam untuk satu atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas rencana jam puncak pagi, siang dan sore.

Pengaturan waktu dari persimpangan dengan sinyal lalu lintas yang secara individu mencakup penentuan dari parameter-parameter utama sebagai berikut :
1.      Periode antar hijau ( intergreen ) antara fase
2.      Waktu Putar (Cycle time)
3.      Waktu hijau masing-masing fase

Pengaruh sinyal lalu lintas pada kondisi arus lalu lintas dipersimpangan berubah secara dramatis sebagai fungsi dari perubahan relatif kecil dari parameter pengatur waktu. Karena itu sangat penting sinyal lalu lintas dilakukan  secara berhati-hati dan secara berkala diperbaharui sehubungan dengan kebutuhan–kebutuhan lalu lintas dipersimpangan.

Dalam usaha menghasilkan sekecil mungkin tundaan untuk arus lalu lintas yang dapat lampu merah. Pengaturan waktu lalu lintas umumnya didasarkan pada kriteria untuk meminimumkan tundaan kendaraan rata-rata atau kombinasi dari tundaan dan jumlah dari stop.

Sinyal lalu lintas merupakan alat yang mengatur pergerakan lalu lintas disamping melalui pemisah waktu untuk berbagai arah pergerakan. Alat pengatur ini menggunakan indikasi lampu hijau, kuning dan merah. Tujuan dari pemisah waktu ini adalah untuk menghindarkan terjadinya arah pergerakan yang saling berpotongan atau melalui titik konflik pada saat bersamaan terdiri dua tipe yaitu :
1. Konflik Pertama
Konflik yang terjadi dari arah yang memotong dan mempunyai waktu yang dialirkan selama waktu hijau dalam fase berbeda.
2. Konflik Kedua
Konflik yang terjadi antara arah lalu lintas belok kanan dan lalu lintas arah lainnya atau arus lalu lintas belok kiri dan pejalan kaki.

Di dalam UU no. 22/2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan: alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki, dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah. Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar arus yang ada.

1.   Karakter Sinyal Lalu Lintas
Ada banyak kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam analisis kapasitas simpang bersinyal. Kondisi tersebut meliputi:
a.      Kondisi lalu lintas, seperti volume lalu lintas dimasing-masing jalur, distribusi kendaraan bermotor oleh pergerakan kendaraan baik ke kiri, kanan, atau lurus, melewati persimpangan, kompetisi dari jenis kendaraan dalam setiap pergerakan tersebut.
b.   Kondisi sinyal lalu lintas, mencakup jenis lampu lalu lintas apa yang dipakai di persimpangan.

Kondisi-kondisi di atas berpengaruh terhadap kapasitas dan kinerja lalu lintas pada persimpangan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem pengaturan lalu lintas sedemikian rupa sehingga mampu mendistribusikan waktu kepada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan secara proporsional sehingga tujuan dari pengaturan lampu lalu lintas dapat tercapai.

Sistem pengaturan tersebut diterapkan untuk memisahkan pergerakan lalu lintas berdasarkan waktu. Pemisahan ini diperlukan khususnya untuk jenis konflik primer. Konflik primer adalah pertemuan aliran kelompok kendaraan dari persilangan arus kendaraan (crossing). Pengaturan fase pada pemisahan jenis konflik primer dapat dilakukan dengan dua fase yang masing-masing fase untuk jalan yang berpotongan. Pengaturan fase ini juga dapat digunakan apabila terdapat larangan belok kanan pada suatu simpang. Pengaturan sinyal lalu lintas dengan dua fase ini akan memberikan kapasitas yang lebih besar, sehingga pengaturan ini dapat digunakan sebagai dasar dari analisa sinyal lalu lintas.

Sistem lampu lalu lintas menggunakan beberapa jenis nyala lampu di antaranya sebagai berikut.
a)     Lampu hijau (green): kendaraan yang mendapat isyarat harus bergerak maju.
b)   Lampu kuning (yellow): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus melakukan antisipasi, apabila memungkinkan harus mengambil keputusan untuk berlakunya isyarat lampu hijau.
c)     Lampu merah (red): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus berhenti pada sebelum garis berhenti (stop line).

Pada umumnya sinyal lalu lintas dipergunakan untuk satu atau lebih dari alasan berikut.
a)   Untuk menghindari kemacetan persimpangan akibat adanya konflik arus lalu lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat ditahan, bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.
b)   Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan untuk melintasi persimpangan tersebut.
c)  Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat benturan antar kendaraan dari arah berlawanan.

        2.    Definisi Lampu Lalu Lintas
Lampu lalu lintas adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat  penyeberangan  pejalan  kaki  (zebra  cross),  dan  tempat  arus  lalu  lintas  lainnya.  Lampu  ini  yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah.

Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar -arus yang ada. Lampu lalu lintas telah diadopsi di hampir semua kota di dunia ini. Lampu ini menggunakan warna yang diakui secara universal. Untuk menandakan berhenti adalah warna merah, hati-hati yang ditandai dengan warna kuning, dan hijau yang berarti dapat berjalan.

Tujuan adanya lampu lalu lintas yaitu:
a)      Menghindari hambatan karena adanya perbedaan arus jalan bagi pergerakan kendaraan.
b)      Memfasilitasi persimpangan antara jalan utama untuk kendaraan dan pejalan kaki dengan jalan sekunder sehingga kelancaran arus lalu lintas dapat terjamin.
c)      Mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tabrakan karena perbedaan arus jalan.

3.   Jenis-jenis Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas
Jenis sistem pengaturan lampu lalu lintas berdasarkan cara pengoperasiannya dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
a)      Lampu Lalu Lintas Waktu Tetap (Fixed Time Traffic Signal)
Lampu lalu lintas yang pengoperasiannya menggunakan waktu yang tepat dan tidak mengalami perubahan.

b)      Lampu Lalu Lintas Waktu Tak Tetap (Actuated Traffic Signal)
Lampu lalu lintas yang pengoperasiannya dengan pengaturan waktu tertentu dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai kedatangan kendaraan dari berbagai persimpangan.

Jenis sistem pengaturan lampu lalu lintas berdasarkan cakupannya dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu:
a.      Lampu lalu lintas terpisah (isolated traffic signals), yaitu lampu lalu lintas yang perhitungannya hanya didasarkan pada satu tempat persimpangan saja tanpa mempertimbangkan persimpangan lain yang terdekat.
b.      Lampu lalu lintas terkoordinasi (coordinated traffic signals), yaitu lampu lalu lintas yang perhitungannya mempertimbangkan beberapa simpang yang terdekat pada suatu jalur/arah tertentu.
c.      Lampu lalu lintas jaringan (networking traffic signals), yaitu lampu lalu lintas yang perhitungannya mempertimbangkan beberapa simpang yang terdapat dalam suatu jaringan yang masih dalam satu kawasan.

4.      Definisi-definisi pada Lampu Lalu Lintas
a.      Jalan Utama (Main Road atau Major Street)
Jalan utama adalah arah bagian dari pendekat dari kaki simpang yang memiliki arus lalu lintas yang lebih besar dari arah lainnya yang biasanya diwujudkan dalam bentuk geometrik dengan lebar kaki simpang yang lebih lebar dari kaki simpang yang lain.
b.      Jalan Minor (Minor Street)
Jalan minor adalah bagian dari pendekat dari kaki simpang yang memiliki arus lalu lintas yang lebih kecil dari arah lainnya yang biasanya diwujudkan dalam bentuk geometrik dengan lebar kaki simpang yang lebih sempit dari kaki simpang yang lain.
c.      Waktu Siklus (Cycle Time)
Waktu siklus adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu putaran dari sinyal pada suatu simpang.
d.      Fase (Phase)
Fase adalah bagian dari waktu siklus yang dialokasikan bagi sembarang lalu lintas untuk mengadakan pergerakan.
e.      Waktu Antara (Change Interval)
Waktu interval adalah total waktu periode kuning dan semua merah yang terjadi pada akhir periode hijau yang dimaksudkan untuk membersihkan atau mengosongkan simpang sebelum pergerakan berikutnya dimulai.
f.       Waktu Hijau (Display Green)
Waktu hijau adalah waktu nyala lampu hijau pada lampu lalu lintas dari suatu pendekat.
g.      Waktu Hijau Efektif (Effective Green)
Waktu hijau efektif adalah waktu dalam satu fase yang efektif diijinkan mengalirkan pergerakan. Secara umum waktu hijau efektif adalah waktu hijau ditambah waktu antara dikurang dengan waktu hilang.
h.      Waktu Hilang (Lost Time)
Waktu hilang adalah waktu dimana simpang tidak efektif digunakan untuk pergerakan yang dalam hal ini terjadi selama waktu antara dan awal dari masing-masing fase dimana kendaraan dalam antrian mengalami kelambatan.
i.        Rasio Hijau Efektif (Green Time Ratio)
Rasio hijau efektif adalah perbandingan antara waktu hijau efektif dengan panjang siklus.
j.        Waktu Merah Efektif (Effective Red)
Waktu merah efektif adalah waktu efektif dimana tidak diijinkan adanya pergerakan, yakni merupakan panjang siklus dikurangi dengan waktu hijau efektif untuk fase tertentu.

5.      Metode Perhitungan Traffic Signal
a)      Kapasitas
Kapasitas pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut :
C = S × g / c
dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
      S = Arus jenuh,yaitu arus berangkat rata-rata dari antrian dalam pendekat selama sinyal hijau (smp/jam hijau = smp per-jam hijau)
      g = waktu hijau (det)
      c = waktu siklus, yaitu selang waktu untuk urutan perubahan sinyal yang lengkap (yaitu antara dua awal hijau yang berurutan pada fase yang sama)

b)      Cycle Time
                        c = (1,5 x LTI + 5) / (1 – ΣFRcrit)
      dimana :
      c          = Waktu siklus sinyal (detik)
      LTI      = Jumlah n waktu hilang per siklus (detik)
      FR        = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S)
      FRCRIT  = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal.
      Σ(FRcrit)   = Rasio arus simpang = jumlah FRcrit dari semua fase pada siklus tersebut.

c)      Phase Green Time
                        gi = (c – LTI) x FRcrit / Σ(FRcrit)
            dimana :
            gi         = Tampilan waktu hijau pada fase i (detik)
      c       = Waktu Siklus

d)      Derajat Kejenuhan
                        DS = Q/C = (Qxc) / (Sxg)

    Ukuran perilaku lalu lintas dapat ditentukan berdasarkan pada arus lalu lintas (Q), derajat                kejenuhan  (DS) dan waktu sinyal (c dan g) sebagai mana diuraikan dibawah ini :
NQ = NQ1 + NQ2 
dengan

Jika DS > 0,5; selain dari itu NQ1 = 0
dimana :
         NQ1       =          jumlah emp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
         NQ2     =          jumlah emp yang datang selama fase merah
         DS       =          derajat kejenuhan
         GR       =          rasio hijau (g/c )
         c          =          waktu siklus (det)
         C          =          kapasitas (emp/jam) = arus jenuh kali rasio hijau (S × GR)
         Q          =          arus lalu lintas pada pendekat tersebut (emp/ det)
     
dimana:
c adalah waktu siklus (det) dan Q arus lalu lintas (emp/jam) dari pendekat yang ditinjau.
                       
psv = min (NS,1)  
dimana:
NS adalah angka henti dari suatu pendekat.

e)      Tundaan
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal :
1)      Tundaan lalu lintas (DT) karena interaksi lalu lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang .
2)      Tundaan geometrik (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang terhenti karena lampu merah.

Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai :
                              Dj = DTj + DGj
            
             dimana :
             Dj         = Waktu  tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/emp)
             DTj      = Waktu tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j (det/emp)
             DGj      = Waktu tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/emp)

Tundaan lalu lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut :

dimana :
             DTj      = Tundaan lalu lintas rata-rata pada pendekat j (det/emp)
             GR       = rasio hijau (g/c)
             DS       = derajat kejenuhan
             C          = Kapasitas (emp/jam)
             NQ1       = Jumlah emp yang tertinggi dari fase hijau sebelumnya

 Hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi oleh fakor-faktor luar               seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir, pengaturan oleh polisi secara       manual dsb.

          Tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat diperkirakan sebagai berikut :
            DGj = (1 – pSV) x pT x 6 + (pSV x 4)

     Dimana :
           DGj   = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp)
           pSV    =  Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
           pT      = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat



SUMBER MATERI